Sabtu, 29 Juni 2013

Analisis Jurnal "Bankruptcy Costs and Financial Leasing Decision"

Tema               : Pengaruh keputusan penyewaan dan pinjaman dengan beban kebangkrutan
Pengarang       : V. Sivarama Krishnan dan R. Charles Moyer
Tahun              : 1994
Judul               : Bankruptcy Costs and Financial Leasing Decision

LATAR BELAKANG

Beberapa tahun belakangan ini, leasing atau sewa guna barang menjadi populer. Sebagian orang mengatakan bahwa leasing sangat menguntungkan bila dibanding dengan meminjam uang di bank. Leasing ini memandang sewa guna sebagai pengganti utang yang dijamin. Mungkin leasing memang sangat menguntungkan, namun masih ada yang ragu dengan leasing. Masalah ini menjadi pertimbangan antara meminjam atau menyewa. Keputusan yang diambil bisa menguntungkan atau merugikan. Dalam hal ini peminjam dan yang meminjamkan adalah orang yang sangat berpengaruh. Keduanya memiliki korelasi satu sama lain. Leasing juga berkaitan dengan kepailitan seseorang atau perusahaan. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa keduanya saling berhubungan. Kepailitan itu bisa berdampak postif atau negatif tergantung situasi dan kondisi. Penelitian ini kembali menguji sewa / pinjam keputusan, memberikan pengakuan eksplisit untuk peran kebangkrutan biaya bermain dan transaksi biaya relatif sewa guna usaha dan pinjaman. Teori penyewaan (leasing) memandang sewa guna sebagai pengganti utang yang dijamin. Penelitian empiris telah melaporkan korelasi positif yang tinggi antara lease rasio dan rasio utang dan pemberi sewa memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada pemberi pinjaman. Hasil ini bertentangan dengan teori sewa tradisional. Mereka menjelaskan dalam makalah ini dengan mengakui peran biaya kepailitan bermain dalam keputusan sewa dan sifat dari aset yang akan dibeli oleh perusahaan.

MASALAH DAN TUJUAN

Masalah dalam jurnal ini adalah hubungan antara keputusan sewa guna dan peminjaman sebagai utang, lalu kaitannya dengan biaya kepailitan. Selain itu masalah yang ada adalah keuntungan dari leasing dan apakah leasing lebih baik dari peminjaman. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis keputusan yang terbaik dalam menyewa atau meminjam dan kaitannya dengan biaya kepailitan. Fokus dalam jurnal ini adalah noncancellable, sewa keuangan jangka panjang karena mereka yang paling hampir setara dengan pembiayaan utang. Peneliti membatasi pertimbangan leasing keuangan untuk sewa modal, sebagaimana didefinisikan dalam pernyataan FASB. Karena sewa guna usaha umumnya tidak memenuhi persyaratan definisi sewa Internal Revenue Service, mereka memberikan kesempatan unik untuk teori non-pajak leasing. Penelitian ini menekankan karakteristik perusahaan sewa yang mendorong perilaku penyewaan signifikan, daripada karakteristik kontrak sewa tertentu.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Dimana data primer diambil dari Disclosure Database perusahaan (Juli 1987) ditambah dengan COMPUSTAT data untuk kalkulasi tingkat pertumbuhan dan variabel risiko. Sedangkan data sekuder dari laporan tahunan perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 410 perusahaan yang tidak ada laporan leasing dalam neracanya dan 98 perusahaan yang mencantumkan leasing dalam neracanya. Metode yang digunakan adalah Altman Z-Score. Dimana membutuhkan beberapa data untuk menghitungnya. Penelitian ini menggunakan EBIT/Total Assets untuk pengukuran profit saat ini, Retained Earning/Total Assets untuk mengukur profit tahun lalu, Market Value of Common Equity/Book Value Common Equity untuk menilai pasar dari keadaan perusahaan. EBIT/Total Interest untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi hutang obligasi. Long-Term Debt/Total Assets untuk mengukur keuangan leverage perusahaan. Lalu koefisien dari variasi EBIT (EBITVAR) untuk mengukur risiko operasi yang dihadapi perusahaan.

HASIL

Nilai rata-rata dari modal sewa dengan total aset untuk perusahaan non leasing adalah 4,9% dan perusahaan leasing 5,2%. Terdapat lima indikator penelitian dalam jurnal ini. Pertama, tes efek industri dengan memakai Chi-square tes menunjukan bahwa H0 ditolak. Seperti yang diharapkan bahwa leasing pada industri manufaktur rendah. Hanya 10,9% perusahaan manufaktur melaporkan penggunaan leasingnya dari rata-rata keseluruhan 19,3%. Kedua, pada tes satu varian hipotesis yang mana untuk mengetahui perbedaan nilai kebangkrutan dan potensi pertumbuhan antara perusahaan leasing dan non leasing. Rata-rata tingkat pajak berbeda antara kedua kelompok perusahaan tersebut. Secara keseluruhan dari tes ini pada pengukuran prestasi menunjukan bahwa perusahaan memiliki level relatif yang rendah atas akumulasi laba sebelumnya, nilai pasar yang rendah, dan laba saat ini yang tinggi daripada perusahaan non leasing. Selanjutnya dilihat dari multi varian analisis, ditemukan secara signifikan penggunaan leasing yang besar dari perusahaan tambang, transportasi, dan retail daripada manufaktur. Tidak ada signifikan yang berbeda antara leasing di perusahaan jasa dan leasing di manufaktur, dan hanya ada satu bukti mengenai perusahaan yang terbesar memakai leasing adalah wholesale industri.

Indikator penelitian yang terakhir adalah efek dari perusahaan yang tidak melaporkan modal leasenya. Dalam hal ini untuk memperkirakan diambillah sampe 25 perusahaan non leasing atau tidak melaporkan leasenya. Dari 25 perusahaan tersebut hanya ada 3 yang memilikinya dan teridentifikasi sebagai noncancellabel yang tidak dilaporkan dalam neraca sebagai modal leasing. Nilai modal ini sangatlah kecil yaitu 0,4% hingga 1,2% dari total aset. Dua puluh dari 25 perusahaan melaporkan beberapa jumlah dari operasi leasing. Untuk melihat efek dari perusahaan ini, analisis empiris telah dilakukan menggunakan nilai dari 1% untuk rasio leasing dengan total aset bertujuan untuk mengklasifikasi perusahaan yang leasing dan tidak leasing. Setelah menggunakan prosedur revisi klasifikasi, hasil satu varian merupakan tambahan yang kuat dalam mendukung dari hipotesis dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

Leasing terbukti memiliki biaya kebangkrutan yang diharapkan rendah ke lessor, sehingga biaya pendanaan yang lebih rendah untuk penyewa dari peminjam, ceteris paribus. Mengimbangi bawah biaya kepailitan terkait dengan leasing umumnya biaya transaksi yang lebih tinggi dapat menjelaskan preferensi untuk pinjaman. Tradeoff antara biaya kebangkrutan dan biaya transaksi dapat menjelaskan preferensi untuk pinjaman oleh perusahaan yang lebih layak kredit dan untuk sewa oleh perusahaan kurang kredit.


Leasing terbukti melibatkan biaya kebangkrutan lebih rendah dari pinjaman. Analisis empiris penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan lessee memiliki rasio yang lebih rendah cakupan, rasio utang yang lebih tinggi, dan risiko operasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan non-lessee. Perusahaan Lessee juga secara signifikan menurunkan Altman Z-score, ukuran potensi kebangkrutan. Secara keseluruhan, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai potensi kebangkrutan meningkat, pembiayaan sewa guna usaha menjadi pilihan pembiayaan semakin menarik. Peneliti juga menemukan buktinya untuk mendukung efek klien industri dalam leasing keuangan.

Jurnal aslinya dapat dilihat disini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Do not said a negative word!